Peran Ayah dalam Keluarga: Dari Tugas di Rumah hingga Pengaruh pada Kecerdasan Anak
Istilah seperti fatherless, father absence, father loss, atau father hunger digunakan untuk menggambarkan kondisi ketidakhadiran figur ayah dalam pengasuhan anak. Di negara-negara Barat, kondisi ini umumnya disebabkan oleh ketidakterikatan pernikahan. Namun, di Indonesia, meskipun orang tua terikat dalam pernikahan, peran ayah dalam keluarga seringkali terbatas hanya sebagai pencari nafkah. Akibatnya, banyak anak yang tumbuh dengan ayah yang hadir secara fisik, namun tidak secara emosional.1
Situasi ini mencerminkan pola pengasuhan tradisional, di mana tugas ayah di rumah sering kali hanya dianggap sebatas memberikan dukungan finansial. Padahal, apa peran ayah sejatinya jauh lebih luas. Ayah memiliki kontribusi penting dalam membentuk kepribadian, kedisiplinan, dan kemampuan berpikir anak. Anak yang memiliki hubungan baik dengan ayah akan tumbuh menjadi individu dengan rasa percaya diri tinggi, kemampuan sosial yang baik, serta kecerdasan kognitif yang optimal.1
Kehadiran Ayah dan Perkembangan Anak
Ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda dalam masyarakat tradisional, dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah untuk keluarga, sedangkan ibu bertanggung jawab mengurus rumah dan merawat anak-anak.2 Kehadiran seorang ayah sejatinya melebihi komitmen fisik dan finansial dan mencakup hubungan yang bersifat praktis serta emosional dengan anak-anaknya.2 Di sisi lain, fenomena father hunger atau ketidakhadiran sosok ayah dikaitkan dengan menurunnya kesehatan psikologis, perilaku adaptif dan sosial, penurunan fungsi intelektual, prestasi akademik, perkembangan bahasa, serta meningkatnya kecenderungan perilaku eksternal pada buah hati.2 Beberapa fakta berikut memperkuat pentingnya peran ayah dalam mendidik anak:
- Ikatan Emosional: Ayah dan anak dapat memiliki ikatan emosional yang sama kuatnya seperti ibu dan si Kecil. Ketika kedua orang tua terlibat sejak lahir, anak akan membentuk ikatan emosional yang baik dengan kedua orang tuanya.3
- Pengasuhan Otoritatif: Keterlibatan ayah dengan gaya pengasuhan otoritatif yaitu penuh kasih sayang namun dengan batasan dan ekspektasi yang jelas menghasilkan perkembangan emosional, akademik, sosial, dan perilaku anak yang lebih baik.3
- Keberhasilan di Masa Depan: Anak-anak yang dekat dengan ayah mereka memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk masuk perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan tetap setelah lulus SMA, 75% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kehamilan remaja, 80% lebih kecil kemungkinan untuk terlibat tindakan kriminal, dan 50% lebih kecil mengalami gejala depresi.3
- Peran Krusial: Ayah memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Ketidakhadiran ayah menghambat perkembangan dari masa bayi hingga dewasa, dengan dampak psikologis yang bisa dirasakan seumur hidup.3
- Kemampuan Bersosialisasi dan Pengendalian Diri: Tingkat keterlibatan ayah yang tinggi berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi, kepercayaan diri, dan pengendalian diri yang lebih baik pada anak. Mereka cenderung tidak berperilaku menyimpang di sekolah atau melakukan tindakan berisiko saat remaja.3
- Prestasi Akademik: Anak-anak dengan ayah yang aktif terlibat memiliki kemungkinan 43% lebih besar untuk mendapatkan nilai A dan 33% lebih kecil kemungkinan mengulang kelas dibandingkan anak-anak dengan ayah yang tidak terlibat.3
- Perilaku dan Ekonomi: Keterlibatan ayah mengurangi masalah perilaku pada anak laki-laki dan menurunkan tingkat kenakalan serta kerentanan ekonomi dalam keluarga berpenghasilan rendah.3
Psikologis Pada Anak Perempuan: Keterlibatan ayah mengurangi masalah psikologis dan tingkat depresi pada remaja perempuan.3
Dampak Ketidakhadiran Ayah Dalam Pengasuhan Anak
Sebaliknya, absennya peran ayah bisa menyebabkan konsekuensi jangka panjang bagi anak. Beberapa dampak negatif tersebut meliputi:
- Masalah Perilaku: Anak-anak tanpa ayah lebih sulit menyesuaikan diri secara sosial, lebih sering mengalami masalah dalam pertemanan, dan menunjukkan perilaku bermasalah. Tidak sedikit anak yang menunjukkan sikap sok percaya diri atau menakutkan untuk menutupi rasa takut, dendam, kecemasan, dan ketidakbahagiaan yang mendalam.3
- Prestasi Akademik yang Buruk: Anak-anak tanpa ayah kesulitan dalam bidang akademik, mendapatkan skor rendah dalam tes membaca, matematika, dan keterampilan berpikir. Mereka lebih sering bolos, dikeluarkan dari sekolah, putus sekolah, dan lebih kecil kemungkinannya untuk meraih kualifikasi akademik dan profesional saat dewasa.3
- Kenakalan dan Kriminalitas Remaja: Sebanyak 85% remaja yang terlibat masalah kriminal berasal dari keluarga tanpa ayah. Anak-anak tanpa ayah lebih mungkin melakukan pelanggaran hukum saat dewasa.3
- Kehamilan Remaja: Anak-anak tanpa ayah lebih rentan terhadap masalah kesehatan seksual, seperti melakukan hubungan seksual di bawah umur, menjadi orang tua remaja, dan tertular infeksi menular seksual. Anak perempuan sering menunjukkan rasa haus akan perhatian pria, dan karena merasa ditolak oleh ayahnya mereka menjadi mudah dieksploitasi oleh pria dewasa.3
- Masalah Kesehatan Fisik: Anak-anak tanpa ayah lebih sering mengalami gejala psikosomatis dan penyakit seperti nyeri akut dan kronis, asma, sakit kepala, dan sakit perut.3
- Gangguan Kesehatan Mental: Anak-anak tanpa ayah secara konsisten lebih banyak mengalami berbagai gangguan kesehatan mental, terutama kecemasan, depresi, dan kecenderungan bunuh diri.3
Selain Kehadiran Ayah, Nutrisi Juga Penting Untuk Mendukung Kognitif Anak
Kehadiran dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memberikan dampak baik, salah satunya dalam kemampuan akademik atau kecerdasan kognitif anak. Kemampuan kognitif merupakan sekumpulan fungsi mental tingkat tinggi yang kompleks yang didukung oleh kerja otak, mencakup perhatian, ingatan, berpikir, belajar, dan persepsi.4
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk nutrisi. Nutrisi menyediakan bahan dasar yang memainkan peran penting dalam proliferasi sel, sintesis DNA, metabolisme neurotransmiter dan hormon, serta merupakan komponen penting dalam sistem enzim di otak.4
Kemampuan kognitif berkaitan dengan fungsi otak, dan otak membutuhkan sejumlah nutrisi penting untuk tetap sehat dan berfungsi dengan baik.5 Berikut ini adalah sejumlah nutrisi yang mendukung perkembangan otak anak bahkan sejak di dalam kandungan:
- Omega 3 (DHA)
Omega-3 membantu membentuk membran di sekitar setiap sel dalam tubuh, termasuk sel-sel otak. Oleh karena itu, omega-3 dapat meningkatkan struktur sel-sel otak yang disebut neuron.5 Contoh makanan yang mengandung omega-3 tinggi antara lain salmon, makarel, tuna, herring, dan sarden. Selain dari ikan, omega-3 juga dapat diperoleh dari sumber nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, biji rami (flaxseed), dan berbagai jenis biji-bijian lainnya.5 - Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks berkontribusi dalam menjaga kesehatan otak.6 Salah satu makanan yang menjadi sumber vitamin B kompleks adalah telur.5 - Vitamin E
Vitamin E yang bersifat antioksidan ini melawan radikal bebas, termasuk yang dapat merusak sel-sel otak. Para ahli menyarankan agar mendapatkan vitamin E dari sumber makanan alami seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak nabati.6
Ayah Hebat, Anak Hebat
Menjadi ayah bukan hanya tentang mencari nafkah. Peran ayah dalam keluarga mencakup kehadiran secara emosional, dukungan dalam pendidikan anak, hingga memberikan teladan kehidupan. Ayah yang aktif dalam pengasuhan membentuk anak yang mandiri, percaya diri, dan cerdas.
Jangan lupa, kecerdasan anak juga ditopang oleh apa yang ia konsumsi. Berikan anak makanan bernutrisi seimbang, disertai dengan tambahkan suplemen yang mengandung Omega-3, vitamin B kompleks, dan vitamin E untuk mengoptimalkan fungsi otak dan daya pikirnya. Sebab anak cerdas, dimulai dari orang tua yang hadir dan peduli.
CH-20250711-03
Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health
Reference:
- Psikoislamika Vol. 15. Fatherless in indonesia and its impact on children’s psychological development. https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=998915&val=5281&title=Fatherless%20in%20indonesia%20and%20its%20impact%20on%20childrens%20psychological%20development#:~:text=Fatherless%20phenomenon%20in%20Indonesia%20became,their%20father%20physically%20or%20psychologically. Accessed on June 19, 2025
- Academic Research in Business and Social Science. Father’s Presence and Involvement in Child Development: A Survey to Develop A Fatherhood Module. https://hrmars.com/papers_submitted/17943/fathers-presence-and-involvement-in-child-development-a-survey-to-develop-a-fatherhood-module.pdf. Accessed on June 19, 2025
- All for Kids. A Father’s Impact on Child Development. https://www.allforkids.org/news/blog/a-fathers-impact-on-child-development/. Accessed on June 19, 2025
- National Library of Medicine. The role of nutrition in children's neurocognitive development, from pregnancy through childhood. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3607807/#:~:text=Cognitive%20development%20is%20influenced%20by,2011;%20Zimmermann%2C%202011). Accessed on June 19, 2025
- Medical News Today. 12 foods to boost brain function. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324044. Accessed on June 19, 2025
- WebMD. Brain Supplements That Do and Don’t Work. https://www.webmd.com/brain/ss/slideshow-brain-supplements. Accessed on June 19, 2025